Menguji Keaslian Artefak Peninggalan Rasulullah
Share
WhatsApp
Facebook
Twitter

Peninggalan benda-benda bersejarah jaman dahulu atau biasa disebut artefak memiliki makna penting dalam sejarah karena dapat memberikan informasi kepada seorang arkeolog (ahli peradaban dan kebudayaan jaman kuno) tentang suatu budaya dan kehidupan pada saat itu. Artefak seperti tembikar, senjata, perhiasan, perkakas, jejak kaki dan lain sebagainya bukanlah replika yang diartikan sebagai barang tiruan atau duplikasi yang sama persis dengan bentuk dan fungsi suatu alat. Dalam pembuatan replika kadangkala benda aslinya belum atau bahkan tidak dibuat. Dengan demikian replika tidak termasuk benda arkeologi, tidak seperti artefak yang pasti berumur panjang sama panjangnya dengan sejarah munculnya benda itu sendiri.

Saat ini ada sejumlah artefak peninggalan Nabi Muhammad SAW yang dipamerkan di beberapa tempat di Indonesia termasuk di desa Kajen Margoyoso Pati, bertepatan dengan peringatan haul Mbah Ahmad Mutamakkin tahun 2023. Lokasinya berada di 2 titik yaitu di Madrasah Mathaliul Falah Banat dan Madrasah Al-Hikmah Banat. Barang-barang bersejarah yang berumur 1400an tahun tersebut diharapkan memberikan edukasi sejarah kepada masyarakat dan santri sekaligus menambah kecintaan mereka kepada baginda Rasulullah.

Bagi sebagian orang, keberadaan artefak kadang diragukan keasliannya dengan asumsi bahwa barang-barang tersebut telah dimanipulasi dengan tujuan tertentu atau dianggap tidak sesuai dengan asumsi bahwa benda peninggalan nabi hanya ditemukan di negara Arab. Artefak abal-abal tersebut sengaja dibuat dengan maksud tertentu sehingga dapat mengecoh orang seolah-olah itu adalah benar-benar benda peninggalan masa lalu. Oleh sebab itu butuh kehati-hatian untuk membedakan antara artefak asli masa lampau dengan artefak buatan masa kini yang dikesankan tua.

Untuk itu, setidaknya ada dua metode yang dapat digunakan untuk menguji keaslian sebuah artefak. Pertama adalah dengan menganalisisnya melalui ikonografi yakni ilmu yang mempelajari ciri-ciri tertentu pada peninggalan arkeologi. Dengan ikonografi dapat mengidentifkasi dan menginterpretasi simbol – simbol dalam suatu benda.
Kemudian yang kedua, pembuktian artefak yang asli dapat dilakukan dengan cara uji laboratorium dengan infrastruktur yang lebih modern tentunya. Dalam hal ini dilakukan analisis ilmiah berbasis uji kimiawi atau perangkat fisika misalnya dengan uji karbon yang dapat mengetahui usia dari suatu benda masa lalu. Kedua pengujian baik secara ikonografi maupun metode ilmiah sangat penting dan dapat dilakukan terhadap semua objek artefak seperti bahan-bahan batu, logam, gerabah dan lainnya.

Tentang Profesor Dr Abdul Manan Embong
Menurut Yevith Tiana, Executive License Officer Galeri Warisan MAR untuk Indonesia pada saat pameran artefak di desa Kajen Margoyoso Pati menjelaskan bahwa artefak peninggalan Rasulullah yang dibawa timnya adalah benda-benda milik seorang Profesor Dr Abdul Manan Embong dari Malaysia daerah Trengganu. Ia merupakan seorang ahli etnologi dan arkeologi sekaligus kolektor artefak peninggalan Islam yang memiliki misi mensyiarkan kekayaan sejarah umat Islam di berbagai negara khususnya di Indonesia. Profesor Dr Abdul Manan Embong secara akademis adalah seorang peneliti sejarah Islam yang tekun di bidang koleksi benda bersejarah, terkhusus benda-benda artefak keislaman, barang-barang milik Rasulullah dan peninggalan zaman nabi.

Profesor Dr Abdul Manan Embong memiliki museum pribadi bernama Galeri Warisan MAR di Malaysia yang menyimpan ribuan artefak Rasulullah dan sahabat-sahabat Nabi. Ia giat melakukan pameran artefak Nabi di berbagai negara agar mendekatkan umat Islam secara lebih nyata melalui khazanah peninggalan Rasulullah SAW dan para sahabat.

Profesor Dr Abdul Manan Embong menghabiskan waktu yang cukup lama yaitu sejak tahun 1974 atau lebih dari 20 tahun untuk meneliti dan mengoleksi barang-barang peninggalan sejarah Islam dari berbagai negara Timur Tengah dan lainnya seperti Arab Saudi, Turki, Syria, Brunei, Bangalore dan India. Sebagian benda sejarah tersebut juga diperoleh dari hibah keluarga Rasulullah SAW.
Dengan demikian barang-barang dari Galeri Warisan MAR milik Prof Dr Abdul Manan Embong tidak sembarang koleksi yang begitu mudah didapatkan. Artefak yang dimilikinya sudah melewati penelitian panjang bahkan sudah dilakukan uji laboratorium seperti uji jejak karbon sebagai metode ilmiah yang diakui. Barang-barang tersebut juga memiliki sertifikat keaslian yang diterbitkan oleh The Dinar Islamic Museum yang berada di Saudi Arabia. Kepakaran Profesor Dr Abdul Manan Embong yang diakui dalam bidang etnologi dan arkeologi maka secara kelembagaan Galeri Warisan MAR juga mendapatkan otoritas mengeluarkan sertifikat keaslian benda-benda artefak bersejarah.

Yevith lebih lanjut menjelaskan bahwa keaslian artefak juga bisa dilakukan melalui pengujian sanad dan silsilah namun prakteknya akan kesulitan karena barang-barang peninggalan nabi dibawa oleh para kolektor dan penyebarannya sangat beragam, misal dahulu unta yang sering dinaiki nabi dan dijaga oleh seorang sahabat dan beberapa rambut nabi yang tertinggal dikumpulkan kemudian diwariskan secara turun-temurun dan tidak mesti pewarisnya adalah keturunan keluarga. Begitupun benda-benda lainnya seperti guci, baju, busur panah, dan seterusnya.

Pada kesimpulannya memang tidak mudah untuk membuktikan bahwa artefak peninggalan nabi adalah benda asli karena prosesnya panjang, membutuhkan waktu, tenaga, biaya dan harus melibatkan beberapa ahli di bidangnya. Di sisi lain, bagi mereka yang meragukan keaslian artefak nabi juga harus mampu menunjukkan argumen yang kuat meliputi parameter baku atau tolok ukur untuk dapat mengatakan bahwa suatu peninggalan artefak adalah palsu.

Terlepas dari semua itu, sisi positif dari adanya benda-benda bersejarah tersebut adalah sebagai wujud kecintaan seseorang kepada Rasulullah bahwa apa-apa yang berkaitan dengan Rasul diharapkan dapat memberikan keberkahaan dan pelajaran dalam kehidupan.